TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
“ Kerukunan Antara Muhammadiyah
dan NU Di Bandar Jaya”
Allah
menciptakan suatu perbedaan agar umatnya bisa belajar untuk saling menghormati
dan menghargai. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad yang berbunyi :
“ Perbedaan adalah Anugrah”
Seperti
yang terjadi di daerah asal saya Lampung (khususnya daerah Bandar Jaya), yang mana sekarang sudah terasa nyaman di
bandingkan sebelumnya. Pengertian nyaman disini bukanlah terhindar dari
peperangan atau konflik antar umat lain agama melainkan kerukunan dan toleransi
antar internal umat islam yakni antara ormas NU dan muhammadiyah. Disini saya
akan bercerita sedikit tentang toleransi antar internal umat beragama antar NU
dan Muhammadiyah.
Dahulu di daerah saya mayoritas NU,
seperti yang kita tahu di setiap Jum’at para penganut faham NU akan membaca surat yasin dan tahlil secara
bersama-sama. Dan itu sudah menjadi tradisi bagi mereka secara turun-temurun.
Kemudian waktupun silih berganti, banyak penduduk pendatang yang masuk ke
daerah saya dan tinggal, serta mendirikan rumah disana. Sekarang kami hidup
dengan banyak perbedaan, ada yang NU dan Muhammadiyah.
Dengan adanya perbedaan didaerah ini
mulailah muncul kebiasaan yang berbeda, saya ambil contoh saja tentang faham NU
yang terbiasa membaca surat yasin dan tahlil
secara berjamaah di setiap malam jum’at dan Muhammadiyah yang kontra
terhadap kebiasaan itu. Suatu ketika ada sebuah masalah yang melibatkan kedua
ormas tersebut,yakni ketika NU sedang membaca yasinan di masjid sedangkan waktu
telah menunjukan adzan untuk solat isya. Dengan demikian otomatis hal tersebut
menghalangi masyarakat lain yang ingin melaksanakan solat berjamaah, sehingga
memaksa mereka yang ingin solat berjamaah tepat waktu untuk pergi ke masjid
lain. Saling mendiami satu sama lain dan tidak saling tegur terjadi di antara
mereka dikarenakan rasa kesal dan jengkel yang di rasakan masyarakat lain
selain NU. Kemudian ada seorang tokoh agama di daerah tersebut yang mana beliau
tidak memihak kepada Muhammadiyah maupun NU mencoba untuk melerai dan
menyelesaikan masalah antar kedua belah pihak dengan cara musyawarah. Kemudian
terjadilah musyawarah antar mereka yang di lakukan di masjid daerah tersebut,
dan akhirnya tercapailah sebuah mufakat yang beisikan bahwasannya Pembacaan surat
yasin dan tahlil boleh di lakukan selepas solat isya sehingga semua lapisan masyarakat bisa solat berjamaah tepat pada waktunya
tanpa merugikan pihak NU maupun Muuhammadiyah. Dan Masyarakat di daerah sayapun
kembali rukun dan damai tanpa adanya suatu yang mendholimi satu sama lain.
Kesimpulan: Dari cerita saya yang terjadi di daerah asal saya ini, dapat di ambil sebuah pelajaran bahwasannya perbedaan bukanlah titik awal sebuah konflik namun perbedaan itu akan terasa sangat indah jika kita bisa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Jika ada sebuah perbedaan yang sekiranya dapat menimbulkan konflik maka selesaikanlah dengan musyawarah yang mencapai sebuah mufakat tanpa harus menyakiti satu sama lain. Ingatlah “Bhineka Tunggal Ika” walau berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Kesimpulan: Dari cerita saya yang terjadi di daerah asal saya ini, dapat di ambil sebuah pelajaran bahwasannya perbedaan bukanlah titik awal sebuah konflik namun perbedaan itu akan terasa sangat indah jika kita bisa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Jika ada sebuah perbedaan yang sekiranya dapat menimbulkan konflik maka selesaikanlah dengan musyawarah yang mencapai sebuah mufakat tanpa harus menyakiti satu sama lain. Ingatlah “Bhineka Tunggal Ika” walau berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar